Mei 2015, Negara Represif, Ini Sikap Forum Oikumenis Gereja-Gereja Papua
Posted by Unknown on Minggu, 03 Mei 2015 | 0 komentar

Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Forum Oikumenis Gereja-Gereja
Papua mengeluarkan tanggapan gereja terhadap kekerasan aparat terhadap
rakyat Papua dalam peringatan hari aneksasi, 1 Mei 2015 dan
kekerasan-kekerasan lainnya di tanah Papua. Mereka menggelar jumpa pers,
yang dihadiri Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Papua, Dr. Beny
Giay, Presiden Gidi, Pdt. Dorman Wandikmbo dan Aktivis HAM, Frederika
Korain.
Pada kesempatan itu, Frederika Korain membacakan langsung
pers release di hadapan wartawan di Kantor Sinode, Kingmi Sabtu
(02/05/2015) Jayapura, Papua.
"Hingga tadi malam, kami sebagai
Gereja menerima banyak suara dan seruan ratapan kesedihan dari warga
Jemaat kami di seluruh Tanah Papua terkait cara-cara alat negara yang
terus membungkam hak-hak dan kebebasan berekpresi warga sipil Papua.
Pihak keamanan Indonesia di Tanah Papua terus mempertontonkan kekerasan
dan represi tiada henti. Menjelang perayaan 1 Mei yang dinamakan sebagai
hari integrasi, aparat negara mempertontonkan sikap represif, dengan
melakukan tindakan sweeping di berbagai kota di Tanah Papua, misalnya,
di Merauke, Manokwari, Jayapura," tulis forum gereja-gereja dalam
release yang dibacakan.
Laporan koresponden majalahselangkah.com,
Agustinus Dogomo dari Dogiyai membenarkan hal ini. Di Dogiyai, aparat
keamanan Indonesia pada tanggal 29 dan 30 April telah menyisir
perumahan warga dan telah menyita peralatan adat warga berupa busur dan
anak panah dan parang, pisau dan alat tajam lainnya milik warga yang
biasa digunakan untuk bekerja dan berburu untuk hidup sehari-hari.
Baca: ULMWP: 269 Orang Ditangkap pada 1 Mei, Darurat Sipil Berlaku di Papua.
Dikatakan,
"Ratusan warga telah ditangkap dan ditahan, bahkan ada diantaranya yang
mengalami penyiksaan. Akses informasi dari pihak keluarga dan aktivis
HAM sehubungan dengan pembunuhan 3 orang yang diduga aktivis OPM pada
tanggal 29 April di Nabire. Ada pernyataan-pernyataan dan tindakan
petinggi-petinggi keamanan yang terus mengedepankan kekerasan
pendekatan-pendekatan represif."
Baca: Pekerja Kemanusiaan dan Keluarga Pertanyakan Jenazah Panglima TPN-OPM Paniai, Leonardus Magai Yogi.
"Gereja
menduga, sikap dan pendekatan represif yang berlangsung terus-menerus
di Papua terlihat disengaja. Dijalankan oleh pihak keamanan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu yang kami pandang sungguh berbahaya bagi
kelangsungan hidup umat Tuhan di Tanah Papua," lanjut gereja.
Hal
ini gereja pandang dari beberapa hal. Pertama, klaim-klaim bahwa
demokrasi telah tercipta di Indonesia pasca kejatuhan Soeharto, tetapi
untuk Papua, realitanya sama saja dengan praktek opresi di masa Orde
Baru. "Jadi bagi siapa saja yang ingin mengalami kembali suasana kelam
Orde Baru, datang saja ke Papua bersama kami," ajak gereja Papua.
Kedua,
tegas forum gereja, gereja Papua hari ini sedang menjalani kepahitan
yang sama, yang sudah dialami oleh pimpinan gereja di masa-masa
sebelumnya.
"Gambaran perilaku aparat di depan Gapura Uncen
Perumnas 3 pada 1 Mei kemarin, persis sama dengan perlakuan terhadap
para demonstran Papua di tahun 1980-1990an. Misalnya, tindakan represif
terhadap Dr. Tom Wanggai dan pengikutnya yang mengibarkan bendera
Melanesia pada Desember 1988 dan Desember 1989; Jadi sebetulnya tidak
ada perbedaan signifikan dalam hal sikap aparat keanaman Indonesia
dalam menangani Papua," tegas Gereja Papua lagi.
"Kami menilai
tindakan-tindakan petinggi Negara di atas yang terus-menerus melakukan
kekerasan yang menakutkan, mengganggu, menyedihkan dari hari ke hari,
minggu dan bulan ke bulan dan tahun, terhadap rakyat Papua sesungguhnya
mempunyai agenda besar untuk menghancurkan harkat manusia dan
memusnahkan Bangsa Papua," tegas Gereja Papua.
"Kami menilai
para petinggi keamanan sebagai perencana matang dan ulung sedang bekerja
halus tetapi pelan dan sistematis, hampir sama dengan pengalaman
Gereja Jerman di masa kelam Hitler (1942-1945), dimana tindakan opresif
dikerjakan secara perlahan-lahan sampai dengan puncaknya pada pembasmian
Bangsa Yahudi secara massal. Kami melihat ada intensi dan agenda
demikian di balik peristiwa-peristiwa kekerasan yang sedang terjadi di
Papua."
Baca: Hari Pers Dunia 2015: HRW Desak Indonesia Akhiri Pembatasan Media Asing ke Papua.
"Pada
kesempatan ini kami Forum Oikumenis Gereja-Gereja Papua menyatakan
keprihatinan atas wajah-wajah kekerasan yang terus menerus
dipertontonkan negara. Kekuasaan negara di Papua sedang menggali apa
sesunguhnya yang menjadi akar dari persolan Papua saat ini," tegas
forum gereja di Papua.
Sikap Forum Oikumenis Gereja-Gereja Papua
Pertama,
Kami mengecam tindakan-tindakan kriminilisasi terhadap KNPB oleh
lembaga keamanan negara di Tanah Papua, sementara pihak yang sama
(Lembaga keamanan Negara) sendirilah yang terus memelihara kekerasan
dengan terlibat di dalam aksi-aksi penjualan senjata dan amunisi di
berbagai tempat di Tanah Papua.
Kedua, Kami meminta pihak
kepolisian di Papua segera membebaskan para warga Papua yang sedang
ditahan di berbagai tempat terkait aksi penolakan atas Indonesia di
Papua pada 1 Mei 2015 kemarin.
Ketiga, Kami menolak
kedatangan Presiden Jokowi ke Papua karena kami tidak melihat manfaat
dari kunjungan kepala negara. Dalam kasus Paniai, Presiden Jokowi
seolah-olah tidak menunjukkan niat baik untuk menyelesaikannya, terbukti
dari tindakan presiden menunjuk Polri sebagai lembaga yang diduga
terlibat, malah menyelediki kekerasan Paniai. Sikap presiden demikian
hanya memelihara Papua jadi situs kekerasan terus-menerus.
Keempat, Terkait
dengan penjualan senjata dan amunisi di Papua, aparat keamanan selalu
menjuluki warga sipil yang membeli amunsi sebagai Kelompok Kriminal
Bersenjata. Karena itu, melalui pernyataan ini, kami meminta Presiden RI
tolong sampaikan kepada kami, pimpinan gereja Papua, apa istilah yang
tepat untuk menyebut phak TNI-Polri yang menjual senjata dan amunisi.
Kelima,
Kami berterima kasih kepada gereja-gereja, ulama-ulama, dan organisasi
masyarakat sipil dimana saja yang telah menunjukkan solidaritas dan
kebersamaannya dalam bentuk apapun terhadap penderitaan kami selama lima
dekade terakhir
You can subscribe by e-mail to receive news updates and breaking stories.
0 komentar for " Mei 2015, Negara Represif, Ini Sikap Forum Oikumenis Gereja-Gereja Papua"
Leave a reply