Gereja Papua : Yang Beli Senjata Disebut Separatis, Yang Jual Disebut Apa?
Posted by Unknown on Sabtu, 23 Mei 2015 | 0 komentar
Jayapura, – Dua pimpinan gereja di Papua mempertanyakan
sikap TNI/Polri terhadap oknum-oknum anggota dua insitusi keamanan
negara ini yang terlibat jual beli senjata.
“Saya tahu di mana OPM (Organisasi Papua Merdeka) berada, dukungan
persenjataannya pun saya tahu. Kalau saya mau, sekali tumpas selesai,”
ucap Mayjen TNI Christian Zebua, Pangdam XVII Cendwasih, 19 September
2014. (Baca Ketika Jenderal TNI Mengaku Tahu Pemasok Senjata OPM)
Sebelumnya, tanggal 8 Agustus 2014, pihak yang mengklaim diri
panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap VII, Erin Enden Wanimo
menyatakan, memanasnya situasi di Lanny Jaya, Papua saat itu lantaran
gagalnya transaksi amunisi pihaknya dengan oknum aparat kepolisian di
wilayah itu.
“Kondisi Lanny Jaya sehingga seperti sekarang ini berawal dari
perjanjian jual beli amunisi dengan seorang anggota polisi namanya
Rahman. Dia mau jual 1.000 amunisi ke kami. Kami lalu janjian untuk
ketemu di suatu tempat,” kata orang yang mengklaim diri Erin Ende
Wanimbo kepada Jubi melalui telpon seluler. (Baca Kata OPM, Lanny Jaya Memanas Akibat Transasksi Amunisi)
Tak lama kemudian, Gubernur Papua, Luka Enembe pun angkat bicara.
Gubernur Papua ini mengatakan, selama amunisi masih terus
diperjualbelikan (beredar) secara bebas di beberapa wilayah pegunungan
tengah Papua, maka wilayah Papua tak akan aman.
“Saya mau katakan siapa yang mensuplai amunisi? Tapi itu jelas bukan
institusi, tapi person. Yang jelas, saya sudah laporkan masalah ini ke
presiden dan Panglima TNI Moeldoko,” kata Enembe kepada wartawan, di
Jayapura, 30 Oktober tahun lalu. (Baca Lukas Enembe: Soal Jual Amunisi, Saya Sudah Lapor Presiden)
Dua hari sebelum pernyataan Gubernur Enembe, Kepala Kepolisian
(Kapolda) Papua Inspektur Jenderal (Pol) Yotje Mende mencopot Kapolsek
Nguda, Papua paska penangkapan transaksi oknum polisi, Briptu TJ yang
bertugas di Polsek Nduga dengan kelompok bersenjata di Wamena,
Jayawijaya, Minggu, 26 Oktober. (Baca Oknum Polisi Jual Amunisi, Kapolsek Nduga Dicopot)
Awal bulan Februari 2015, Pomdam XVII Cenderawasih sudah menetapkan
Serma S’dan Sertu M sebagai tersangka kasus jual beli amunisi ke
kelompok bersenjata. Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen
Siahaan di Jayapura, kemudian mengakui kedua anggota Ajendam XVII itu
selain sudah ditetapkan sebagai tersangka saat ini juga lagi diproses
pemberhentian tidak dengan hormat. Selain dua anggota TNI ini, tiga
anggota lainnya juga diproses untuk kasus yang sama. (Baca Serma S dan Sertu MM Tersangka Jual Beli Amunisi).
Namun Sertu M, yang kemudian diketahui sebagai Sertu Murib dibebaskan
dari tuduhan terlibat jual beli amunisi ini karena tidak terbukti. (Baca Pangdam : Sertu Murib Dibebaskan Tidak Terbukti Jual Amunisi)
Kasus jual beli senjata dan amunisi ini dipertanyakan oleh dua
pimpinan gereja di Papua, Benny Giay (Ketua Sinode Gereja Kemah
Injili/Kingmi) dan Dorman Wandikbo (Presiden Sinode Gereja Injili di
Indonesia/GIDI) dalam Diskusi Publik di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, Jumat (22/5/2015).
“TNI bersembunyi di belakang itu (separatisme). Separatisme ini mesti
dianalisa datang dari mana dan siapa yang melahirkan ini. Antara bulan
Agustus sampai November tahun lalu hampir setiap minggu TNI/Polri
menjual senjata dan amunisi ke Organisasi Papua Merdeka (OPM). Ini saya
anggap sebagai upaya TNI/Polri untuk memelihara konflik di Papua,” kata
Benny Giay.
Ia yakin, ada upaya dari pihak tertentu yang ingin memelihara
separatisme tetap eksis dan bertambah kencang karena sudah terbukti
TNI/Polri bisa jual senjata dan amunisi.
“Kalau yang beli senjata disebut separatis, yang jual senjata yaitu
anggota TNI-POLRI disebut apa?” tanya Pendeta yang juga antropolog ini.
Hal yang sama dikatakan Presiden Sinode GIDI. Pendeta Dorman Wandikbo
dengan tegas mengatakan TNI/POLRI bertanggung jawab atas penjualan
senjata di Papua. “Jangan semua mengambinghitamkan separatisme,” kata
Pendeta Wandikbo.
Lanjut Wandikbo, anggota TNI/Polri seringkali bermain dengan kelompok
yang disebut-sebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) oleh Polisi namun
mengaku sebagai anggota OPM.
“Setelah sering transaksi senjata, mereka (TNI/Polri) mengawasi, mereka
(TNI/Polri) tangkap, mereka (KKB) masuk penjara, lalu mereka (TNI/Polri)
naik pangkat. Kemudian OPM dijadikan objek, kambing hitam,” ujar
Wandikbo.
Secara terpisah, menanggapi pernyataan kedua pimpinan gereja di Papua
ini, Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya menyatakan TNI tidak pernah
melakukan penjualan senjata atau pun amunisi di Papua. “Sebagai
institusi tidak,” katanya, dikutip CNN Indonesia, Jumat (22/5) malam.
Fuad menambahkan penjualan senjata atau amunisi itu kemungkinan
dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Adanya jual beli senjata atau
amunisi di Papua karena adanya permintaan. “Ada yang perlu senjata atau
amunisi, lalu ada yang perlu uang,” tuturnya.
Fuad menegaskan, jika oknum-oknum yang menjual senjata atau amunisi
itu ternyata dari TNI, maka akan diberi hukuman yang tegas. “Sudah pasti
akan dipecat. Kalau undang-undangnya oknum TNI yang menjual senjata
atau amunisi itu boleh dihukum mati, pasti kami hukum mati,” tegasnya.
0 komentar for "Gereja Papua : Yang Beli Senjata Disebut Separatis, Yang Jual Disebut Apa?"
Leave a reply