Smelter di Papua Akan Mulai Beroperasi Tahun 2019
Posted by Unknown on Selasa, 26 Mei 2015 | 0 komentar
Jayapura, -- Ketua Pembangunan Smelter
Papua, Bangun Manurung mengatakan, smelter akan dibangun 3 kilometer
dari lokasi pelabuhan Timika di atas lahan 650 hektar, di Poumako
Industrial Park di Timika, Papua. Pemerintah Provinsi Papua menargetkan
pembangunan smelter tuntas 2019.
Smelter yang akan dibangun di
daerah Poumako Industrial Park di Timika akan menggunakan teknologi dari
Kanada. Pembangkit listrik yang akan digunakan untuk operasional
smelter ini juga dari berasal dari gas alam.
"Infrastruktur
pelabuhan sudah tersedia dan ada keleluasaan lahan untuk industri yang
lain. Pabrik smelter ini akan menggunakan teknologi dari Kanada yang
dikembangkan oleh ENFI, salah satu perusahaan dari Non Ferrous China
Company (NFC). NFC ini juga yang telah membangung pabrik smelter
dibeberapa Negara. Nantinya dari pelabuhan itu, konsentrat bisa
disalurkan melalui pipa," kata Bangun Manurung pekan kemarin.
Pemprov
setempat mengklaim pendanaan smelter Papua akan disupport penuh oleh
Bank Investasi dari Amerika Serikat. pelaksaan pembangunan Pabrik
Smelter dan Refinery olrh Non Ferrous China Company yang didanai oleh
Bank of China dan setelah pabrik tersebut selesai pembangunannya, maka
Bank Investasi dari Amerika Serikat akan melakukan take over pabrik.
Dijelaskannya,
daerah Pomako, Mimika layak untuk bangun Smelter. Pasalnya kawasan ini
sudah ada perencanaan tata ruang, pabrik semen, amdal serta pelabuhan.
"Daripada
mencari lokasi baru harus membuat perencanaanya lagi, justru bisa saja
akan membatalkan projek ini, karena pemerintah Pusat melihat kesiapan
Papua untuk waktu sekarang ini, karena menurut mereka di Gresik sudah
siap, padahal lahannya belum ada (masih laut) dan harus ditimbun,"
jelasnya.
Langkah berikutnya, ujar Manurung akan dilakukan rapat untuk menentukan strategi smelter smelter yang ada di Indonesia.
"Jadi
akan dihitung produk konsentrat di seluruh Indonesia itu untuk jangka
menengah dan panjang berapa juta ton. Misalnya di Papua 900 ribu ton,
Gresik berapa dan tempat lain berapa, nanti strateginya seperti itu
dengan penambang penambang yang sudah ada. Nanti ada penambang baru lagi
dari Gorontalo," ucapnya.
Lanjutnya, pada minggu depan akan ada rapat di Menko Perekonomian untuk membicarakan soal kawasan industri di Timika.
"Jadi
pusat merespon ini dengan sangat cepat, untuk itu Rabu depan Gubernur
akan mempresentasikan kawasan indsutri Timika, yang jelas smelter ini
adalah sebagai pemicu kawasan industri berikutnya," katanya.
Untuk
daerah, kata Manurung karena lokasi sudah ada, maka yang harus dibuat
adalah Peraturan Daerah (Perda) tata ruang. "Ini adalah langkah pertama
yang harus dipersiapkan. Kemudian ada ijin ijin yang bersifat lokal baik
di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat karea kedepan akan menjadi
kawasan industri. Untuk itu harus ada aturan aturan soal kawasan
industri," kata Manurung.
Sedangkan keterkaitan dengan PT.
Freeport Indonesia, mengingat pusat hanya memberikan ijin ekspor selama
enam bulan kedepan dan akan dievaluasi kembali, maka harus sudah ada
MoU.
"Jadi nanti yang dinilai adalah kesiapan mereka untuk
menyalurkan konsentrat ke smelter yang dibangun. Ini mungkin salah satu
syarat yang akan diminta pemerintah sebagai kesiapan untuk membangun
smelter, karena bukan lagi Freeport yang melakukan pembangunan tetapi
pihak ketiga," katanya.
Mengenai pihak ketiga, yang selama ini
sudah berkordinasi dengan Gubernur adalah pihak Non Ferrous China (NFC)
dengan teknologi dari Kanada (SKS). "Nanti mereka yang akan membangun
dan didanai oleh NFC," ucapnya
0 komentar for "Smelter di Papua Akan Mulai Beroperasi Tahun 2019"
Leave a reply