Perang Gerilya
Posted by Unknown on Rabu, 03 Juni 2015 | 0 komentar
Sumber: V.I.Lenin, Kumpulan Karya, Edisi Rusia Keempat, Jilid 11, hal. 186-196
Penerjemah: Diketik kembali untuk Situs Indo-Marxist dari buku Yayasan ”Pembaruan” Jakarta 1960 dengan sedikit perubahan ejaan
Persoalan aksi gerilya adalah suatu persoalan yang sangat banyak
menarik perhatian Partai kita dan massa buruh. Kami telah beberapa
kali secara sambil lalu menelaah persoalan ini, dan kini kami berniat
untuk memberikan pembentangan lebih lengkap dari pandangan-pandangan
kami, yang telah kami janjikan.
Mari kita mulai dari permulaan. Tuntutan-tuntutan pokok apa
yang harus diajukan oleh setiap Marxis pada suatu penyelidikan
persoalan bentuk-bentuk perjuangan? Pertama-tama, Marxisme berbeda
dari semua bentuk primitif dari Sosialisme karena tidak mengikat
gerakan itu dengan suatu bentuk perjuangan khusus apapun. Ia
mengakui bentuk-bentuk perjuangan yang paling beraneka ragam, dan dalam
pada itu tidak “mereka-reka”nya, melainkan hanya menggeneralisasi,
mengorganisasinya, membuat menjadi sadar bentuk-bentuk perjuangan
klas-klas revolusioner yang timbul dengan sendirinya dalam jalannya
gerakan itu. Marxisme, yang secara mutlak memusuhi segala macam
permusuhan abstrak dan segala resep doktriner, menuntut sikap yang
penuh perhatian terhadap perjuanganm massal yang sedang
berlangsung, yang ketika gerakan itu berkembang, ketika kesadaran
klas dari massa tumbuh, ketika krisis-krisis ekonomi dan politik
menjadi tajam, terus menerus melahirkan cara-cara bertahan dan
menyerang yang baru dan lebih beraneka ragam lagi. Marxisme, oleh
karenanya, pasti tidak menolak secara a’priori sebarang bentuk
perjuangan. Marxisme samasekali tidak membatasi diri dengan
bentuk-bentuk perjuangan yang mungkin dan yang ada hanya pada saat
tertentu saja, dan mengakui bahwa bentuk-bentuk perjuangan yang
baru, yang tidak diketahui oleh tokoh-tokoh dari periiode tertentu
itu, dengan tak terelakkan lahir ketika situasi sosial tertentu berubah. Dalam hal ini Marxisme belajar, kalau kita boleh menyatakannya demikian, dari praktek massa, dan samasekali tidak berpretensi untuk mengajar massa
tentang bentuk-bentuk perjuangan yang direka-reka oleh
“tukang-tukang buat sistim” dari kamar-kamar kerja. Kita mengetahui
– berkata Kautsky [14], umpamanya, ketika menyelidiki
bentuk-bentuk revolusi sosial – bahwa krisis mendatang akan membawa
bentuk-bentuk perjuangan baru yang kini tidak dapat diramalkan.
Kedua, Marxisme menuntut penyelidikan yang mutlak historis
dari persoalan bentuk-bentuk perjuangan. Mencoba menelaah persoalan
ini terpisah dari situasi historis yang konkrit, berarti tidak
memahami ABC materialisme dialektik. Pada tingkat-tingkat evolusi
ekonomi yang berlainan, tergantung pada perbedaan-perbedaan dalam
syarat-syarat politik, kebudayaa-nasional, kehidupan seharihari dan
lain-lainnya, bentuk-bentuk perjuangan yang belainan maju ke depan
dan menajdi bentuk-bentuk perjuangan utama; dan sehubungan dengan ini,
bentuk-bentuk perjuangan kedua, tambahan, mengalami perubahan
menurut gilirannya.Mencoba memberikan jawaban ya atau tidak atas
pertanyaan tentang cara perjuangan yang khusus, tanpa membuat
penyelidikan yang terperinci tentang situasi konkrit dari gerakan
tertentu pada tingkat perkembangannya yang tertentu, berarti
selengkapnya meninggalkan pendirian Marxisme.
Inilah dua ketentuan teoritis utama yang padanya kita harus
berpedoman. Sejarah marxisme di eropa Barat menyediakan jumlah
contoh yang tak terhingga yang menguatkan apa yang telah dikatakan.
Sosial-Demokrasi Eropa dewasa ini menganggap parlementerisme dan
gerakan serikat buruh sebagai bentuk-bentuk perjuangan utama; ia
mengakui pemberontakan di zaman lampau, dan sangat bersedia untuk
mengakuinya, jika kiranya keadaan berubah, di masa yang akan datang
– bertentangan dengan pendapat kaum burjuis liberal seperti kaum
Kadet [15] Rusia dan kaum Bezzglavtsi [16]. Sosial-Demokrasi
dalam tahun-tahun 70-an menolak pemogokan umum sebagai suatu obat
universil untuk segala penyakit sosial, sebagai alat penumbangan
burjuasi dengan sekali pukul oleh cara non-politik – akan tetapi
Sosial-Demokrasi sepenuhnya mengakui pemogokan politik massal
(teristimewa setelah pengalaman Rusia dalam tahun 1905) sebagai salah satu cara perjuangan yang harus dalam syarat-syarat tertentu.
Sosial-Demokrasi mengakui pertempuran di barikade-barikade jalanan
dalam tahun-tahun 40-an abad ke XIX, menolaknya karena sebab-sebab
tertentu pada akhir abad ke XIX, dan menyatakan kesediaan
selengkapnya untuk meninjau kembali pandangan yang terakhir itu
danuntuk mengakui kemanfaatan pertempuran barikade setelah
pengalaman Moskwa, yang menurut kata-kata Kautsky, melahirkan
taktik-taktik baru dari pertempuran barikade.
II
Setelah menegakkan ketentuan-ketentuan umum Marxis, marilah
kita sekarang kembali kepada revolusi Rusia. Mari kita ingat
kembali perkembangan sejarah dari bentuk-bentuk perjuangan yang
dihasilkannya. Pertama-tama ada pemogokan-pemogokan ekonomi dari
kaum buruh dan mahasiswa-mahasiswa (1901-1902), kegaduhan-kegaduhan
kaum tani (1902), permulaan pemogokan-pemogokan politik massal
dalam berbagai-bagai kombinasi dengan demonstrasi-demonstrasi
(Rostov tahun 1902, pemogokan-pemogokan di musim panas tahun 1903,
peristiwa 9 Januari 1905), pemogokan politik se Rusia yang diikuti
oleh peristiwa-peristiwa pertempuran barikade se-setempat ()ktober
1905), pertempuran barikade massal dan pemberontakan bersenjata
(Desember 1905), perjuangan parlementer yang damai (April-Juni
1906), pemberontakan militer sebagian-sebagian (Juni 1905 – Juli
1906) dan pemberontakan-pemberontakan tani sebagian-sebagian
(musimrontok 1905 – musimrontok 1906).
Demikianlah dudukperkara di musimrontok tahun 1906 dari
sudut pandangan bentuk-bentuk perjuangan pada umumnya. Bentuk
“balas dendam” dari perjuangan yang diambil oleh otokrasi yalah
progrom “Seratus Hitam" [17], mulai dari kota Kisyinev pada musim
semi tahun 1903 sampai pada kota Sedlets pada musim rontok tahun
1906. Selama seluruh periode ini pengorganisasian progrom-progrom
Seratus Hitam dan pemukulan orang-orang Yahudi,
mahasiswa-mahasiswa, kaum revolusioner dan kaum buruh yang sadar
klas terus maju dan menyempurnakan diri, dengan menggabungkan
kekerasan pasukan-pasukan Seratus Hitam dengan kekerasan sampah
masyarakat yang disuap, dengan bertindak begitu jauh sampai
mempergunakan arteleri di dusun-dusun dan kota-kota dan dengan
menggabungkan diri dengan ekspedisi-ekspedisi polisionil,
keretaapi-keretaapi militer polisionil dan seterusnya.
Demikianlah latar belakang utama dari gambaran itu. Pada
latar belakang ini nampak – tak disangsikan sebagai sesuatu yang
bersifat khusus, penambah dan pembantu – fenomena, pada studi dan
penilaian mana tulisan ini ditujukan. Apakah fenomena ini?
Bagaimana bentuk-bentuknya? Apakah sebab-sebabnya? Kapankah ia timbul
dan seberapa jauh ia telah berkembang? Apakah artinya dalam jalan
umum revolusi. Apakah hubungannya dengan perjuangan klas buruh yang
diorganisasi dan dipimpin oleh Sosial-Demokrasi? Demikianlah
persoalan-persoalan yang kini kita mesti mulai selidiki setelah
menggambarkan latar belakang umum dari gambaran itu.
Fenomena yang menarik perhatian kita yalah perjuangan bersenjata.
Perjuangan bersenjata itu dilakukan oleh perorangan-perorangan dan
grup-grup kecil. Sebagian mereka tergolong pada
organisasi-organisasi revolusioner, sedangkan yang lainnya (di
dearah-daerah Rusia tertentu sebagian besar) tidak tergolong pada organisasi revolusioner apapun. Perjuangan bersenjata mengejar dua tujuan yang berlainan, yang harus dengan tegas
dibeda-bedakan: pertama, perjuangan ini bertujuan amembunuh
orang-orang perseoranga, kepala-kepala dan bawahan di dalam
ketentaraan dan kepolisian: kedua, ia bertujuan mensita dana-dana
keuangan baik dari pemerintah maupun dari orang-orang partikulir.
Dana-dana yang disita itu sebagian masuk dalam kas suatu partai,
sebagian dipergunakan untuk maksud khusus mempersenjatai dan
menyiapkan pemberontakan, dan sebagian untuk memelihara orang-orang yang
melakukan perjuangan yang sedang yang sedang kami gambarkan.
Ekspropriasi-ekspropriasi besar ( seperti ekspropriasi di Kaukasia yang
menyangkut lebih dari 200.000 Rubel, dan ekspropriasi di Moskwa,
yang menyangkut 875.000 Rubel) pada kenyataannya pertama-tama dan
terutama masuk dalam kas partai revolusioner, --
ekspropriasi-ekspropriasi kecil, kebanykannya dan kadang-kadang
seluruhnya, dipergunakan untuk pemeliharaan “kaum ekspropriator”.
Bentuk ini dari perjuangan tidak diragukan menjadi berkembang luas
dan mendalam hanya dalam tahun 1906, yaitu setelah pemberontakan
Desember. Penajaman krisis politik hingga titik perjuangan
bersenjata, dan terutama penajaman kemiskinan, kelaparan dan
pengangguran di kota dan di desa, memainkan peranan besar di antara
sebab-sebab yang melahirkan perjuangan yang kami gambarkan.
Bentuk perjuangan ini diterima sebagai yang lebih diutamakan dan
bahkan sebagai bentuk perjuangan sosial yang satu-satunya oleh
elemen-elemen pengembara dari penduduk, lumpenproletariat dan grup-grup
anarkis. Diumumkannya undang-undang keadaan bahaya, mobilisasi
pasukan-pasukan baru, program-program Seratus Hitam ( di Sedlets),
dan pengadilan-pengadilan militer harus dianggap sebagai
bentuk-bentuk perjuangan “balas-dendam” yang diambil oleh
otokrasi.
III
Menurut kebiasaan penilaian terhadap perjuangan yang kami
gambarkan itu adalah bahwa ia merupakan anarkisme, Blanquisme [18],
terorisme lama, tindakan-tindakan perorangan-perorangan yang
terpisah dari massa, yang mendemoralisasi kaum buruh, menimbulkan
rasa jijik pada lapisan-lapisan luas penduduk, merusak organisasi
gerakan dan merugikan revolusi. Contoh-contoh yang memperkuat
penilaian ini dengan mudah dapat dijumpai dalam kejadian-kejadian
yang setiap hari dilaporkan dalam suratkabar-suratkabar.
Akan tetapi apakah contoh-contoh itu meyakinkan? Untuk
menguji ini, mari kita ambil suatu daerah di mana bentuk perjuangan
yang sedang kami selidiki itu paling berkembang – Daerah Litwa. Inilah cara Nowoye Wremya [19]
( dalam terbitannya tanggal 9 dan 12 September) berkeluh kesah tentang
kegiatan-kegiatan kaum Sosial-Demokrat Litwa (satu bagian dari
PBSDR) dengan teratur menerbitkna suratkabarnya sebanyak 30.000
lembar. Bagian resmi suratkabar itu sedang mengumumkan
daftar-daftar mata-mata yang setiap orang jujur wajib
memusnahkannya. Orang-orang yang membantu polisi dinyatakan
“musuh-musush revolusi”, mereka harus dibunuh dan, tambahan pula,
harus disita miliknya. Khalayak ramai diberi instruksi untuk
memberi uang untuk Partai kaum Sosial-Demokrat hanya dengan tanda
terima yang ditandatangani dan dicap. Dalam laporan Partai
terakhir, yang menunjukkan keseluruhan pendapatan sebanyak 48.000 Rubel
untuk setahun, digambarkan suatu jumlah sebanyak 5 600 Rubel yang
disumbangkan oleh cabang Libau untuk persenjataan, yang didapat
dengan jalan ekspropriasi. Sudah barang tentu, Nowoye Wremya mengamuk dan medidih darahnya terhadap “undang-undang revolusioner” ini, terhadap “pemerintah kejam” ini.
Tidak seorangpun akan begitu berani untuk menyebut
kegiatan-kegiatan kaum Sosial-demokrat Litwa ini anarkisme,
Blanquisme, atau terorisme. Akan tetapai mengapa? Sebab di sini
kita mempunayi suatu hubungan yang nyata antara bentuk perjuangan
baru dan pemberontakan yang pecah dalam bulan Desember dan yang
sedang menggejolak kembali. Hubungan ini tidak begitu kentara dalam hal
Rusia sebagai keseluruhan, tetapi ia ada. Kenyataan bahwa
perjuangan “gerilya” menjadi tersebar luas justru sesudah bulan
Desember, dan hubungannya dengan penajaman bukan saja krisis
ekonomi melainkan juga krisis politik adalah di luar
keragu-raguan.Terorisme Rusia macam lama adalah persoalan
si-konspirator-intelek; hari ini sebagai peraturan umum perjuangan
gerilya dilancarkan oleh si-buruh-tempur, atau si-buruh-penganggur
belaka. Blanquisme dan anarkisme dengan mudah timbul dalam pikiran
orang-orang yang condong berpikiran menurut sablon; akan tetapi
dalam keadaan suatu pemberontakan, yang begitu nyata di Daerah
Litwa, ketidakwajaran merek-merek yang dihafalkan begitu saja
menyolok mata.
Contoh orang-orang Litwa dengan jelas menunjukkan betapa tak
tepatnya, tak ilmiahnya dan tak historisnya prkatek yang begitu
umum di kalangan kita untuk menganalisa perang gerilya tanpa
menghubungkannya dengan keadaan-keadaan sesuatu pemberontakan. Hal
ini mesti diperhitungkan, kita mesti memikir-mikirkan ciri-ciri
khas dari suatu periode perantara antara tindakan-tindakan
pemberontakan yang besar, kita mesti memahami bentuk-bentuk
perjuangan apa dengan tak terelakkan timbul dalam keadaan-keadaan
seperti itu, dan tidak mencoba menyingkiri persoalan dengan
kumpulan kata-kata yang dihafalkan begitu saja, seperti yang
sama-sama dipergunakan oleh kaum Kadet dan kaum Nowoye Wremya: anarkisme, perampokan, hooligansime!
Dikatakan bahwa tindakan-tindakan gerilya merusak organisasi
pekerjaan kita. Mari kita trapkan pertimbangan ini pada situasi
yang telah ada sejak bulan Desember 1905, pada periode
progrom-progrom Seratus Hitam dan undang-undangan keadaan bahaya.
Apa yang lebih merusak organisasi gerakan dalam periode seperti itu:
ketiadaan perlawanan atau perang gerilya yang terorganisasi?
Perbandingkan Rusia Tnegah dengan daerah-daerah perbatasan
Baratnya, dengan Polandia dan Daerah Litwa. Tidak diragukan bahwa perang
gerulya jauh lebih tersebar luas dan jauh lebih berkembang
di daerah-daerah perbatasan Barat. Dan sama-sama tidak diragukan
bahwa gerakan revolusioner pada umumnya, dan terutama gerakan
Sosial-demokratis, lebih rusak organisasinya di Rusia
Tengah daripada di daerah-daerah perbatasan Barat. Tentu saja,
kiranya tidak akan terlintas di pikiran kami untuk menyimpulkan dari
sini bahwa gerakan-gerakan Sosial-Demokratis Polandia dan Litwa
kurang rusak organisasinya berkat perang gerilya.
Tidak, satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik yalah bahwa perang
gerilya tidak dapat dipersalahkan dalam dirusaknya organisasi
gerakan klas buruh Sosial-Demokrat di Rusia dalam tahun 1906.
Penunjukan dalam hal ini sering dibuat pada
kekhususan-kekhususan syarat-syarat nasional. Akan tetapi
penunjukan ini dengan terutama jelas membukakan kelemahan
argumentasi yang dipakai luas itu. Kalau persoalan terletak dalam
syarat-syarat nasional, maka ia bukannya terletak dalam anarkisme,
Blanquisme atau terorisme – dosa-dosa yang umum bagi orang-orang
Rusia khususnya – tetapi dalam sesuatu yang lain. Analisalah
sesuatu yang lain ini dengan konkrit, tuan-tuan! Maka tuan-tuan
akan mengetahui bahwa penindasan nasional atau antagonisme
nasional tidak menjelaskan apa-apa, sebab ini selamanya telah
terdapat di daerah-daerah perbatasan Barat, sedangkan perang
gerilya telah dilahrikan hanya oleh periode sejarah dewasa ini. Ada
banyak tempat di mana terdapat penindasan dan antagonisme nasional,
akan tetapi tidak ada perjuangan gerilya, yang kadang-kadang
berkembang di mana tidak terdapat penindasan nasional apapun.
Suatu analisa konkrit dari masalah akan menunjukkan bahwa persoalan
terletak bukanlah dalam penindasan nasional, akan tetapi dalam
syarat-syarat pemberontakan. Perjuangan gerilya adalah suatu bentuk
perjuangan yang tak terelakkan pada saat ketika gerakan massa
telah sesungguhnya mencapai titik suatu pemberontakan dan ketika
terjadi interval-interval yang agak panjang antara
“pertempuran-pertempuran besar” di dalam perang sipil.
Bukanlah aksi-aksi gerilya yang merusak organisasi gerakan
itu, melainkan kelemahan sesuatu pasrtai yang tak mampu meletakkan aksi-aksi demikian di bawah kontrolnya.
Itulah sebabnya mengapa pada kita, orang-orang Rusia,
sumpah-serapah yang biasanya dilemparkan terhadap aksi-aksi
gerilya, berjalan bersamaan dengan aksi-aksi gerilya yang tidak
terorganisasi, yang rahasia, kebetulan dan benar-benar merusak
organisasi Partai. Karena tidak berdaya memahami syarat-syarat
sejarah apa yang melahirkan perjuangan ini, kita juga tidak berdaya
menetralisasi segi-segi yang merugikan. Sedangkan perjuangan berjalan
terus. Ia dilahirkan oleh sebab-sebab ekonomi dan politik yang
perkasa. Bukanlah terletak dalam kekuasaan kita untuk meniadakan
sebab-sebab ini atau meniadakan perjuangan ini. Keluhan-keluahan
kita terhadap kelemahan Partai kita dalam persoalan pemberontakan.
Apa yang kami katakan tentang rusaknya organisasi berlaku
juga bagi demoralisasi. Bukanlah perang gerilya yang
mendemoralisasi, melainkan aksi-aksi gerilya non-partai yang tidak teroraganisasi, tidak teratur. Kita tidak akan membebaskan diri sedikitpun dari demoralisasi yang paling tidak dapat diragukan
ini dengan mengutuk dan menyumpahi aksi-aksi gerilya, sebab
kutukan dan sumpah-serapah samasekali tidak berdaya untuk mengakhiri
fenomena ini yang telah dilahirkan oleh sebab-sebab ekonomi dan
politik yang mendalam. Boleh diajukan keberatan bahwa jika kita
tidak mampu mengakhiri suatu fenomena yang tidak normal dan
bersifat demoralisasi, maka ini tidaklah merupakan alasan supaya Partai
beralih ke cara-cara perjuangan tidak normal dan bersifat demoralisasi
itu. Akan tetapi keberatan semacam itu kiranya akan merupakan suatu
keberatan yang bersifat liberal burjuis murni dan bukannya suatu
keberatan Marxis, sebab seorang Marxis tidak dapat menganggap
perang sipil, atau perang gerilya, yang merupakan salahsatu
bentuknya, sebagai tidak normal dan bersifat demoralisasi pada umumnya.
Seorang Marxis mendasarkan diri pada perjuangan klas dan bukan
pada perdamaian sosial. Dalam periode tertentu dari krisis-krisis
ekonomi dan politik yang tajam perjuangan klas itu mematang suatu
menjadi perang sipil yang langsung, yaitu menjadi suatu perjuangan
bersenjata antara dua golongan Rakyat. Dalam periode-periode
semacam itu seorang Marxis wajib mengambil pendirian perang
sipil. Sebarang pengutukan perang sipil secara mutlak tak dapat
diizinkan dilihat dari sudut pendirian Marxisme.
Dalam zaman perang sipil partai proletariat yang ideal adalah partai perjuangan.
Ini samasekali tidak dapat diangkal. Kami sangat bersedia untuk
mengakui bahwa adalah mungkin untuk berdebat dan membuktikan tidak bermanfaatnya,
dilihat dari sudut pendirian perang sipil, bentuk-bentuk tertentu
dari perang sipil pada saat ini atau itu. Kami sepenuhnya mengakui
kritik terhadap berbagai-bagai bentuk perang sipil dilihat dari sudut kemanfaatan militer dan samasekali setuju bahwa dalam persoalan ini adalah
pekerja-pekerja praktis Sosial-Demokrasi di setiap daerah tertentu
yang mesti mempunyai kata terakhir. Akan tetapi kami secara mutlak
menuntut, demi prinsip-prinsip Marxisme, suapay suatu analisa dari
syarat-syarat perang sipil tidak boleh dihindari oleh omongan yang
sudah basi dan berupa sablon tentang anarkisme, Blanquisme dan
terorisme, dan supaya cara-cara yang tak masuk akal dari kegiatan
gerilya yang diterima oleh sementara organisasi Partai Sosialis
Polandia pada saat tertentu tidak dipergunakan sebagai momok
apabila didiskusikan persoalan ikutsertanya itu sendiri dari Partai
Sosial-Demokratis dalam perang gerilya pada umumnya.
Terhadap penunjukan bahwa perang gerilya merusak organisasi
gerakan orang harus bersikap kritis. Sebarang bentuk perjuangan
baru, yang dibarengi oleh bahaya-bahaya baru dan
pengorbanan-pengorbanan baru, dengan takterelakkan “merusak
organisasi” organisasi-organisasi yang tidak bersiap untuk bentuk
perjuangan yang baru ini. Kelompok-kelompok propagandis lama kita
dirusak organisasinya oleh peralihan ke cara-cara agitasi.
Komite-komite kita kemudian dirusak organisasinya oleh peralihan ke
demonstrasi-demonstrasi. Setiap aksi militer dalam sebarang peperangan
sedikit-banyaknya merusak organisasi barisan-barisan
pejuang-pejuang. Tetapi dari sini harus disimpulkan bahwa orang
mesti belajar berjuang. Demikianlah saja.
Ketika saya melihat kaum Sosial-Demokrat yang dengan bangga
dan puas-diri menyatakan; “kami bukan kaum anarkis,
pencuri-pencuri, perampok-perampok, kami lebih tinggi daripada
semua ini, kami menolak perang gerilya”,--saya bertanya pada diri
sendiri: Apakah orang-orang ini menginsyafi apa yang mereka katakan?
Bentrokan-bentrokan dan konflik-konflik bersenjata dari pihak
pemerintah Seratus Hitam terhadap penduduk sedang berlansung di
seluruh negeri. Ini merupakan hal yang mutlak takterelakkan pada
tingkat perkembangan revolusi dewasa ini. Penduduk secara spontan
dan tidak terorganisasi – dan justru karena itu sering dalam
bentuk-bentuk yang tak sepatutnya dan buruk – sedang memberikan
reaksi terhadap hal ini juga dengan konflik-konflik bersenjata dan
serangan-serangan. Saya memahami bahwa kita dapat menolak untuk
melakukan Partai terhadap perjuangan spontan ini di
suatu tempat tertentu dan di suatu saat tertentu karena kelemahan dan
ketidak siapan organisasi kita. Saya menginsyafi bahwa persoalan
ini harus diselesaikan oleh pekerja-pekerja praktis setempat, dan
bahwa membentuk kembali organisasi-organisasi yang lemah dan tak
siap bukanlah soal yang mudah. Akan tetapi ketika saya melihat
seorang ahli teori atau publisis Sosial-demokrat tidak menunjukkan
penyesalan tentang ketidak siapan ini, melainkan malahan rasa puas
diri yang angkuh dan kecenderungan mengagungkan diri dalam
mengulang-ulangi frase-frase yang dihafalkan di waktu remaja
tentang anarkisme, Blanquisme dan terorisme, hati saya sakit oleh
direndahkannya derajat ajaran yang paling revolusioner di dunia itu.
Dikatakan, bahwa perang gerilya mendekatkan kaum proletar
yang sadar klas kepada derajat mereka yang bergelandangan dan
terus-terusan mabuk, yang telah menjadi sampah masyarakat itu. Itu
benar. Akan tetapi itu hanya berarti bahwa partai proletariat
kapanpun tidak dapat menganggap perang gerilya sebagai cara
perjuangan satu-satunya, atau bahkan yang utama; itu berarti bahwa cara
ini harus ditundukkan pada cara-cara lain, harus disesuaikan
ukurannya dengan cara-cara utama dari perjuangan dan harus
dipertinggi derajatnya oleh pengaruh yang menerangi pikiran dan
yang mengorganisasi dari Sosialisme. Dan tanpa syarat-syarat yang terakhir ini, semua, mutlak
semua cara perjuangan dalam masyarakat burjuis mendekatkan
proletariat kepada derajat berbagai-bagai lapisan non-proletar di
atas dan di bawahnya, dan, kalau dibiarkan terus pada jalan yang
spontan dari kejadian-kejadian, menjadi koyak, diputarbalikkan dan
dilacurkan. Pemogokan-pemogokan kalau dibiarkan terus pada jalan
yang spontan dari kejadian-kejadian, akan dikorup menjadi
“Alliances” – perjanjian-perjanjian antara kaum buruh dan
majikan-majikan melawan para konsumen. Parelemen akan dikorup menjadi
rumah pelacuran, di mana segerombolan politisi burjuis mengadakan
jual-beli, secara borongan dan eceran, “kebebasan Rakyat”,
“liberalisme”, “demokrasi”, republikenisme, anti-klerikalisme,
Sosialisme dan segala barang dagangan lain yang laris. Susatu
suratkabar dikorup menjadi telangkai umum, alat pelacuran massa,
alat pembunjukan kasar naluri-naluri rendah dari orang banyak, dan
sebagainya dan seterusnya. Sosial-Demokrasi tidak mengenal cara-cara
perjuangan yang universil, seperti yang kiranya akan memagari
proletariat dengan sebuah Tembok Tiongkok dari lapisan-lapisan yang
berada sedikit di atas atau sedikit di bawah dia. Sosial-Demokrat
dalam berbagai zaman memakai berbagai cara, dengan selalu menuntut supaya pemakaiannya dipastikan dengan keras oleh syarat-syarat ideologi dan organisasi tertentu. [*]
IV
Bentuk-bentuk perjuangan dalam revolusi Rusia terkenal karena
keaneka-ragamnya yang sangat besar bila dibandingkan dengan
revolusi-revolusi burjuis di Eropa. Kautsky untuk sebagian meramalkan
ini dalam tahun 1902, ketika ia berkata bahwa revolusi yang akan
datang (dengan perkecualian Rusia, barangkali, ia
tambahkan) mungkin tidak begitu banyak berupa suatu perjuangan Rakyat
melawan pemerintah daripada perjuangan antara dua golongan Rakyat.
Di Rusia kita pasti melihat suatu perkembangan yang lebih luas dari
perjuangan terakhir ini daripada dalam revolusi-revolusi
burjuis di Barat. Musuh-musuh revolusi kita di kalangan rakyat
tidak banyak jumlahnya, akan tetapi makin menjadi tajamnya
perjuangan, mereka menjadi makin terorganisasi dan menerima
dukungan dari lapisan-lapisan reaksioner dari burjuasi. Oleh
karenanya adalah samasekali lumrah dan takterelakkan bahwa dalam suatu
zaman seperti itu, zaman pemogokan-pemogokan politik seluruh
nasion, pemberontakan tidak dapat mengambil bentuk macam lama dari
aksi-aksi sendiri-sendiri yang terbatas pada waktu yang sangat
singkat dan pada suatu daerah yang sangat kecil. Adalah samasekali
lumrah dan takterelakkan bahwa pemberontakan itu sedang mengambil
bentuk yang lebih tinggi dan kompleks berupa suatu perang sipil
yang berkepanjangan, yang mencakup seluruh negeri, yaitu suatu
perjuangan bersenjata antara dua golongan Rakyat. Peperangan
semacam itu tidak dapat diangankan dengan cara lain daripada
sebagai suatu rentetan beberapa pertempuran-pertempuran besar
dengan interval-interval yang agak panjang dan sejumlah besar
sekali pertempuran-pertempuran kecil selama interval-interval ini.
Kalau demikian halnya – dan tidak disangsikan demikian halnya – maka
kaum Sosial-Demokrat secara mutlak harus menjadikan tugasnya
menciptakan organisasi-organisasi yang dalam ukuran yang paling
besar mampu memimpin massa dalam pertempuran-pertempuran besar ini,
maupun, sejauh mungkin, dalam pertempuran-pertempuran kecil ini.
Dalam zaman ketika perjuangan klas-klas telah meruncing sampai
perang sipil, kaum Sosial-Demokrat harus menjadikan tugasnya bukan
saja ikut serta tetapi juga memainkan peranan memimpin dalam perang sipil ini.
Kaum Sosial-Demokrat harus melatih dan menyiapkan
organisasi-organisasi mereka untuk benar-benar menjadi mampu bertindak
sebagai pihak yang sedang berperang, yang tidak melewatkan satu kesempatanpun untuk memberikan kerugian pada kekuatan-kekuatan musuh.
Ini adalah suatu tugas yang sulit, itu tak usah dikatakan
lagi. Tugas itu tidak dapat diselesaikan sekaligus. Sama seperti
seluruh Rakyat sedang dilatih kembali dan sedang belajar untuk
berjuang selama waktu perang sipil, demikian pula
organisasi-organisasi kita harus dilatih, harus disusun kembali sesuai
dengan pelajaran-pelajaran pengalaman untuk sanggup menghadapi tugas
ini.
Kami tidak mempunyai sedikitpun maksud untuk memaksakan
kepada pekerja-pekerja praktis suatu bentuk perjuangan yang
direka-reka, atau bahkan untuk memutuskan dari kamar kerja
persoalan tentang peranan bentuk ini atau itu dari perang gerulya
dalam jalan umum perang sipil di Rusia. Kami jauh dari pikiran
untuk menganggap suatu penilaian konkrit tentang aksi-aksi gerilya
tertentu sebagai suatu aliran di dalam Sosial-Demokrasi. Akan
tetapi kami menganggap sebagai tugas kami untuk menolong, sejauh
kemampuan kami, dicapainya suatu penilaian teoritis yang tepat
terhadap bentuk-bentuk perjuangan baru yang dilahirkan oleh
kehidupan, untuk secara tak mengenal ampun memerangi sablon-sablon
dan prasangka-prasangka yang menghalangi kaum buruh yang sadar klas
dalam mengajukan suatu persoalan baru dan sulit secara tepat, dan
mendekati ppemecahannya secara tepat.
0 komentar for "Perang Gerilya "
Leave a reply