Rakyat Kaimana Desak Jokowi Perhatikan Dermaga dan Bandara
Posted by Unknown on Jumat, 05 Juni 2015 | 0 komentar
JAKARTA--Masyarakat Kaimana minta Presiden Joko Widodo
segera merespon kebutuhan mendesak saat ini yakni pengembangan
dermaga pelabuhan Kaimanana dan penambahan landasan Pacu Bandara Utarom.
''Pengembangan dermaga sangat dibutuhkan. Kapal penumpang maupun barang tidak bisa merapat ke pelabuhan,'' kata Bupati Kaimana, Matias Mairuma, di Jakarta, Senin (1/6).
Karena kapal barang tak bisa merapat, hal ini menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi. ''Ini berimplikasi pada masyarakat, karena biaya logistik semakin tinggi harga-harga juga semakin mahal,'' papar Matias.
Di sisi penumpanng, mereka harus menggunakan long boat terlebih dahulu untuk bisa naik ke kapal. Untuk angkutan barang dan penumpang digunakan kapal jenis Landing Ship Tank (LST). ''Ini cukup berisiko, kalau hujan kehujanan, kalau mereka terlambat bisa ketinggalan kapal,'' kata Matias.
Menghadapi kondisi itu, Bupati mengaku tidak tinggal diam. ''Pengembangan dermaga sudah berjalan tiga tahun, namun belum selesai. Pemkab pernah melakukan satu kali intervensi dengan menambah dermaga sepanjang 50 meter,'' kata Matias.
Namun dukungan pembiayaan dari Pemkab Kaimana terbatas, menyebabkan pengembangan dermaga lambat. ''Kami harapkan ada dukungan dana dari pemerintah pusat untuk menyelesaikan pembangunan dermaga agar kapal bisa merapat. Kami tidak memerlukan dana besar, sekitar Rp 30-an miliar sudah cukup,'' kata Matias.
Bagaimana jika pemerintah tak juga membantu pengembangan dermaga pelabuhan Kaimana. Matias hanya tersenyum. ''Kami akan berusaha mengembangkan dermaga dengan kekuatan kami sendiri. Karena kami mendukung program tol laut. Bagaimana tol laut bisa jalan kalau dermaga saja tidak memadai, '' kata Matias.
Terkait dengan usulan penambahan landasan pacu bandara Utarom, Matias menyebut perlu penambahan sekitar 300-an meter saja. '' Biar pesawat sejenis Boeing 737 bisa mendarat di bandara Utarom,'' katanya.
Ia mengingatkan Bandara Utarom memiliki posisi strategis, karena Kaimana dikelilingi sembilan kabupaten. Di sisi lain, mobilitas warga ke kota-kota lain di Maluku atau Sulawesi akan semakin mudah lagi.
''Zaman penjajahan Belanda di Papua dibangun dua bandara, satu di Biak untuk mengantisipasi serangan dari Samudera Pasifik dan Kaimana untuk mengantisipasi serangan dari Selatan seperti Australia,'' cerita Matias. Di era kemerdekaan, bandara Kaimana masih berposisi strategis. Ia tak tahu mengapa posisi strategis Kaimana sekarang justru dilupakan.
''Pengembangan dermaga sangat dibutuhkan. Kapal penumpang maupun barang tidak bisa merapat ke pelabuhan,'' kata Bupati Kaimana, Matias Mairuma, di Jakarta, Senin (1/6).
Karena kapal barang tak bisa merapat, hal ini menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi. ''Ini berimplikasi pada masyarakat, karena biaya logistik semakin tinggi harga-harga juga semakin mahal,'' papar Matias.
Di sisi penumpanng, mereka harus menggunakan long boat terlebih dahulu untuk bisa naik ke kapal. Untuk angkutan barang dan penumpang digunakan kapal jenis Landing Ship Tank (LST). ''Ini cukup berisiko, kalau hujan kehujanan, kalau mereka terlambat bisa ketinggalan kapal,'' kata Matias.
Menghadapi kondisi itu, Bupati mengaku tidak tinggal diam. ''Pengembangan dermaga sudah berjalan tiga tahun, namun belum selesai. Pemkab pernah melakukan satu kali intervensi dengan menambah dermaga sepanjang 50 meter,'' kata Matias.
Namun dukungan pembiayaan dari Pemkab Kaimana terbatas, menyebabkan pengembangan dermaga lambat. ''Kami harapkan ada dukungan dana dari pemerintah pusat untuk menyelesaikan pembangunan dermaga agar kapal bisa merapat. Kami tidak memerlukan dana besar, sekitar Rp 30-an miliar sudah cukup,'' kata Matias.
Bagaimana jika pemerintah tak juga membantu pengembangan dermaga pelabuhan Kaimana. Matias hanya tersenyum. ''Kami akan berusaha mengembangkan dermaga dengan kekuatan kami sendiri. Karena kami mendukung program tol laut. Bagaimana tol laut bisa jalan kalau dermaga saja tidak memadai, '' kata Matias.
Terkait dengan usulan penambahan landasan pacu bandara Utarom, Matias menyebut perlu penambahan sekitar 300-an meter saja. '' Biar pesawat sejenis Boeing 737 bisa mendarat di bandara Utarom,'' katanya.
Ia mengingatkan Bandara Utarom memiliki posisi strategis, karena Kaimana dikelilingi sembilan kabupaten. Di sisi lain, mobilitas warga ke kota-kota lain di Maluku atau Sulawesi akan semakin mudah lagi.
''Zaman penjajahan Belanda di Papua dibangun dua bandara, satu di Biak untuk mengantisipasi serangan dari Samudera Pasifik dan Kaimana untuk mengantisipasi serangan dari Selatan seperti Australia,'' cerita Matias. Di era kemerdekaan, bandara Kaimana masih berposisi strategis. Ia tak tahu mengapa posisi strategis Kaimana sekarang justru dilupakan.
0 komentar for "Rakyat Kaimana Desak Jokowi Perhatikan Dermaga dan Bandara"
Leave a reply